Minggu, 22 Mei 2011

CERPEN: Hidup Berawal dari Mimpi

HIDUP BERAWAL DARI MIMPI

Matahari semakin terik seiring adzan dzuhur yang berkumandang. Angin yang berhembus sepoi tak mampu menghapus keringat di keningnya yang bersimbah peluh. Hanya hati yang tetap meraih kedamaian dalam kumandang adzan yang menggema dan bersahutan dari mesjid ke mesjid, musholla ke musholla. Anin, remaja yang masih duduk di bangku kelas XII SMA itu kini tengah bersandar di salah satu tiang musholla sekolah yang berdiri kokoh melepaskan kelelahan. Ia tampak letih, karena setelah mengikuti pelajaran di kelas ia langsung membantu membereskan dagangan ibunya di kantin sekolah. Mendengar kumandang adzan ia langsung beranjak menuju musholla sekolah untuk menunaikan shalat dzuhur. Baginya shalat tepat waktu sangat penting untuk melatih manusia agar menghargai waktu. Tapi kebanyakan umat muslim mengabaikan sunnah itu, sebaliknya orang-orang non muslim tanpa mereka sadari telah menjalankan sunnah itu. Bahkan mereka mengibaratkan waktu sama pentingnya dengan uang, jika kau menyia-nyiakan waktu bersiaplah untuk tak mendapatkan apa-apa. Ironis memang, kita sebagai umat muslim ternyata belum sepenuhnya mampu menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam setiap amal ibadah wajib itu.

Akhir-akhir ini Anin memang sangat sibuk, dalam hitungan hari ia akan menghadapi ujian nasional. Ia belajar sangat keras agar bisa lulus ujian dengan nilai yang memuaskan, meski itu bukan prioritas tapi hanya dari sanalah orang bisa menilai kemampuannya. Selain itu juga ia sangat berharap bisa masuk perguruan tinggi impiannya yaitu UGM atau UI. Meski ia bukan berasal dari keluarga yang memiliki harta berlimpah tapi ia tetap punya mimpi yang telah ia rangkai semenjak ia duduk di bangku kelas satu SMA. Ia benar-benar terinspirasi dari sebuah novel karangan Andrea Hirata dalam tetralogi Laskar Pelanginya. Dari sanalah ia mulai menyadari bahwa yang terpenting dari kesuksesan adalah berani bermimpi dan tekad yang kuat. Dan itulah yang dimilikinya hingga detik ini, yang ia pupuk dengan semangat dan ketekunan serta kerja keras. Ia mulai mencari pekerjaan dan menabung untuk masuk universitas impiannya. Dengan modal kecemerlangan otaknya ia akhirnya memilih bekerja menjadi guru privat bagi anak-anak SMP dalam sebuah lembaga bimbingan belajar di kota mataram. Ia mengajar matematika dan bahasa inggris. Bukan hanya uang tujuannya, tapi karena kesadarannya bahwa ilmu tanpa diamalkan akan sia-sia. Setiap bulan saat gajian ia sisihkan sebagian penghasilannya ke dalam celengan ayamnya dan sebagian lagi untuk kebutuhan sekolahnya agar tak melulu minta kepada kedua orang tuanya yang bekerja sebagai pedagang di kantin sekolah dan berdagang kaki lima di depan sebuah rumah sakit. Jika ada waktu ia pun takkan malu untuk membantu kedua orang tuanya, meski sekedar hanya melayani pembeli. Saat waktu istirahat, ia gunakan untuk membantu ibunya di kantin tapi ibunya selalu mengingatkannya untuk belajar saja dan biarlah mereka yang menanggung biaya keluarganya. Sungguh bijak orang tuanya, saat kebanyakan orang tua menyuruh anaknya bekerja sehingga putus sekolah justru mereka sebaliknya. Itu karena mereka telah merasakan getir dan pahitnya hidup orang-orang yang tak berpendidikan seperti mereka yang hanya lulusan SD. Mereka benar-benar telah mampu belajar dari pengalaman hidup yang mereka jalani bertahun-tahun tanpa perubahan.

Anin pun menyadari betul apa yang diharapkan kedua orang tuanya pada dirinya dan adik-adiknya yaitu Sarah yang kini masih duduk di bangku kelas tiga SD dan Ilham yang masih duduk di bangku kelas dua SMP. Oleh karena itu, ia telah bertekad membanggakan kedua orang tuanya dengan prestasi-prestasinya. Anin ingat betul bagaimana senyum dan tangis itu terurai dari wajah kedua orang tuanya yang penuh gurat kelelahan menanggung beban hidup berkepanjangan saat ia menerima beasiswa dari sekolahnya karena mendapat juara tiga umum di sekolahnya yang tergolong favorit dimana kebanyakan anak-anak orang kaya dan anak-anak dengan otak encer tentu ada di sana tapi ia sebagai anak pedagang mampu bersaing dengan mereka. Ia pun dapat masuk di sekolahnya yang sekarang dari nilai kelulusannya yang tertinggi saat kelulusan SMP tentu saja melalui tes dan bebas sogokan. Anin yang mengikuti kegiatan remaja musholla tentu tahu kalau sogok menyogok itu sangat di larang oleh agama karena telah merebut kesempatan orang-orang yang seharusnya lebih berhak mendapatkannya. Ia tidak mau memulai sesuatu yang baik dengan sesuatu yang buruk sehingga semuanya takkan mendappat berkah dari Allah SWT.

Ujian pun telah di lewati Anin dengan lancar, selama liburan ia tetap mengajar privat untuk menambah tabungannya untuk biaya kuliahnya nanti. Beberapa hari yang lalu ia telah mengikuti tes SIMAK UI dan UGM. Dalam setiap bait doanya ia selalu memohon kepada Tuhan agar Dia berkenan mewujudkan mimpi-mimpinya. Ia percaya bahwa Allah pasti melihat usahanya selama ini, ia sangat yakin bahwa Tuhan telah memeluk mimpinya. Dalam penantian dan doa, tibalah ia untuk mengetahui hasil belajarnya selama tiga tahun di bangku SMA. Ia akhirnya lulus dengan nilai yang sangat memuaskan melebihi apa yang ia bayangkan, hampir semua mata pelajaran yang di ujikan mendapat nilai sempurna kecuali biologi dan Fisika masing-masing sembilan. Ia berada diurutan pertama untuk nilai tertinggi di provinsi NTB. Jalur undangan dari berbagai universitas pun berdatangan, tanpa ia duga dan sama sekali tak pernah melintas dalam mimpinya sekalipun undangan dari UI pun kini sampai di hadapannya. Tapi ia belum memutuskan sebelum UGM mengumumkan hasil tesnya. Setelah satu minggu akhirnya ia dinyatakan lulus seleksi di UGM, karena UGM pilihan pertamanya maka Anin pun memilih UGM dan mengambil jurusan sastra Indonesia sebagai buah dari mimpinya sebagai seorang penulis yang bersumber dari kegemarannya membaca. Begitulah, kesempatan dan pilihan selalu datang untuk orang-orang yang mau berusaha. Orang tuanya tak mampu menahan deraian air mata dalam sujud syukurnya ketika Anin untuk pertama kali dalam strata keluarganya mampu mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Apalagi UGM adalah perguruan tinggi yang banyak diimpikan para calon mahasiswa dari seluruh daerah di nusantara. Ilham dan Sarah yang melihat buah dari hasil kerja keras kakaknya mulai belajar memupuk benih semangat dan mimpinya mulai detik itu juga. Begitulah ujian dalam kehidupan, ia mampu menyeleksi orang-orang yang benar-benar mau bangkit dari setiap keterpurukan dan tidak mengeluh pada takdir karena takdir bukan menentukan tapi ia di tentukan oleh pilihan yang telah kita tentukan dalam setiap diri kita. Tentu dengan satu catatan bahwa kita tak boleh melupakan Tuhan yang memiliki kekuasaan maha tinggi dimana tak ada yang mustahil bagi-Nya dan hati manusia takkan bisa lepas dari kebutuhan cinta-Nya sekalipun bagi orang yang tak mengakui keberadaan-Nya.

By:

GADIS PEMIMPI